Minggu, 13 Mei 2012

Ethical Decision Making

Ethical Decision Making a. Orientasi pada stakeholder ORIENTASI STAKEHOLDER Institusi bisnis mengenal adanya shareholder dan stakeholder.Orientasi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan shareholder memang sudah sewajarnya sebagai tujuan suatu korporasi.Sebagaimana yang diajarkan di kuliah pengantar ilmu administrasi bisnis, tujuan beroperasinya perusahaan adalah to maximize wealth of shareholder, memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham.Sementara, gaung agar dunia bisnis lebih memahami stakeholder interest sedang menggema kencang saat ini, mendorong para pelaku bisnis untuk melakukan reorientasi pada praktik-praktik bisnisnya. Terlepas dari ranah konsep bahwa shareholder merupakan bagian dari stakeholder pula, sebenarnya perkembangan arah orientasi pada concern pada stakeholder value merupakan gerak simultan yang berbeda. Jika shareholder value an sich lebih memprioritaskan pada pencapaian profit dalam satu periode, orientasi pada stakeholder mendrive perusahaan untuk lebih banyak mengalokasikan sumber daya nya pada berbagai tujuan, melibatkan berbagai pihak eksternal di luar jangkauan manajemen tradisional perusahaan, dan menghasilkan outcome yang belum terukur secara pasti kinerjanya. Mengapa?Karena stakeholder perusahaan meliputi berbagai elemen yang berkontribusi secara langsung atau tidak dalam praktik bisnis sehari-hari.Mereka termasuk consumer dan customer, business partner, shareholder, employee, government, community, NPO atau NGO.Bahkan, perusahaan-perusahaan di Jepang menambahkan unsur developing countries sebagai stakeholder mereka. Bisa dibayangkan jika suatu perusahaan concern terhadap mereka semua kan? b. Kepentingan fundamental stakeholder Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder, termasuk hak dalam membuat keputusan Well-offnes : Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada Biaya Fairness : Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan dan biaya. Right : Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder. c. Model Pengukuran stakeholder impact Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu perusahaan.Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih tinggi. PENGKAJIAN TERHADAP PENGARUH YANG TIDAK DAPAT DIKUANTIFISIR Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut.hal ini merupakan petunjuk yang berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti. d. Model keputusan etis Ciri-Ciri Keputusan Etis keputusan etis yang mempunyai ciri antara lain : Harus mempertimbangkan apa yang benar dan apa yang salah. Harus mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Harus memperimbangkan pikiran dan hati nurani dalam menentukan mana yang baik dan mana yang buruk karena fungsi dari etika sebagai alat pengawas. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. MODEL KEPUTUSAN OPTIMASI, merupakan suatu model pengambilan keputusan yang menguraikan bagaimana individu-individu menguraikan bagaimana seharusnya individu-individu berperilaku agar memaksimalkan suatu hasil. Langkah-langkah dalam model optimasi : 1. Memastikan pentingnya suatu keputusan 2. Mengenali kreteria keputusan 3.Memberikan prioritas / bobot pada kreteria keputasan yang diambil 4.Mengembangkan alternatif-alternatif keputusan 5.Mengevaluasi alternatif keputusan 6. Memastikan alternatif keputusan yang terbaik B. MODEL KEPUTUSAN ALTERNATIF, model keputusan umtuk membantu menjelaskan dan meramal perilaku-perilaku yang tidak rasional jika dipandang dibawah pengandaian-pengandaian optimasi. C. MODEL CUKUP-MEMUASKAN, suatu model pengambilan keputusan yang cara pengambilan keputusannya memilih pemecahan pertama cukup baik yaitu memuaskan dan cukup Hakikat dari modelcukup-memuaskan adalah cara menghadapi masalah-masalah yang rumit,menanggapi pengambilan keputusan dengan mengurangi atau mengecilkan masalah ke tingkatan yang mudah dipahami. Kemudian individu-individu dapat berperilaku rasional yang dinamakan rasionalitas berikat yang merupakan individu-individu mengambilkeputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang mengekstrak perwajahan yang mutlak diperlukan dari problem-problem tanpa menangkap semua kerumitan Salah satu aspek yang menarika dalam model cukup-memuaskan adalah alternatif-alternatif yang dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif pilihan. D. MODEL FAVORIT IMPLISIT, suatu pengambilan keputusan secara implisit dengan memilih alternatif yang lebih disukai dan mengesampingkan evaluasi dari alternatif-alternatif yang lain. E. MODEL INTUITIF, merupakan suatu proses yang diciptakan dalam pengalaman yang terbaik. Faktor-faktor kita mengambil keputusan secara intuitif : 1. Mempunyai keyakinan 2. Mempunyai prseden yang sedikit 3.Mempunyai variabel-variabel yang kurang dapat diperkirakan secara ilmiah 4.Mempunyai keterbatasan fakta 5.Tidakmempunyai pedoman yang jelas 6.Tidak mempunyai data analitis 7.Mempunyai argumentasi dengan beberapa alternatif pilihan yang terbaik 8. Kecepatan dalam mengambil keputusan ketika waktu yang tersedia terbatas ISYU-ISYU YANG BERKEMBANG DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN A. Memperbaiki pengambilan Keputusan yang etis Tiga kreteria keputusan yang etis : 1. Manfaat utilitarian 2. Fokus pada hak 3.Fokus pada keadilan B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pengambilan Keputusan Etis 1. Tahap Perkembangan Moral, sustu penilaian dari kapasitas seseorang untuk menimbang-nimbang apakah yang secara besar, makin tinggi perkembangan moral seseorang makin kurang bergantung ia pada pengaruh-pengaruh luar dan makin cendurung berlaku etis. 2. Lingkungan organisasi, merujuk ke persepsi karyawan mengenai pengharapan organissasional. 3. Tempat Kedudukan Kendali,hal ini tidak lepas dengan struktur organisasi. Keputusan Yang Etis Suatu Keharusan Mengapa keputusan yang etis suatu keharusan, karena setiap individu, maupun kelompok, lembaga, dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang perlu dilakukan atau diambil, yang sewaktu-waktu sukar ditentukan. Secara tak terelakan manusia setiap saat mengambil keputusan dan memikul tanggungjawabnya. Yang kita butuhkan adalah pengambilan keputusan secara aktif bukan pasif membiarkan keputusan ditetapkan oleh orang lain. Dalam kasus tertentu keputusan perlu diambil secara aktif, dengan alasan telah dipertimbangkan secara matang, karena tidak baik menyerah kepada nasib. Keputusan Yang Dipengaruhi Tabiat Tabiat adalah susunan batin seseorang yang memberikan arah dan ketertiban kepada keinginan, kesukaan dan kebahagiaan. Susunan itu dibentuk oleh interaksi antara diri seseorang dengan lingkungan sosialnya. Tabiat tidak sama dengan watak. Watak adalah bentuk diri kita secara alamiah dan dibawa mulai dari lahir.Watak bersifat tetap.Sedangkan tabiat berkembang dan berubah sepanjang hidup kita. Watak adalah bahan mentah tabiat kita.Cara kita mengolah bahan mentah itu adalah tanggungjawab kita. Tabiat beda dengan kepribadian (personality). Seperti tabiat, kepribadian juga bersifat kontinuitas, tetapi dapat juga berkembang dan berubah.Namun kepribadian lebih luas.Tabiat hanya mengandung sifat-sifat moral dalam diri kita. Sedangkan keperibadian mengandung sifat emosional, mental dan sifat moral.Misalnya rasa rendah diri, pendiam. Faktor Yang Mempengaruhi Tabiat Adapun yang salah satu yang mempengaruhi tabiat antara lain : faktor pembawaan yakni sifat-sifat yang kita warisi dari bapak, ibu, nenek moyang. Faktor lingkungan sosial, keluarga dan kebudayaan. Yakni setiap masyarakat mempunyai pandangan setntang tabiat mana yang patut dihargai dan siapa yang patut dipercayai. faktor pengalaman dan hubungan kita dengan orang lain faktor keputusan dan perbuatan kita sendiri, motivasi perbuatan kita. Ada hubungan timbal balik antara tabiat dan perbuatan.Tabiat mempengaruhi perbuatan, perbuatan mempengaruhi tabiat. Contoh. Orang dengan tabiat jujur cenderung tidak berdusta. Orang yang berdusta cenderung tidak jujur. Faktor iman kita, yakni hubungan kita dengan Allah Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran agama menjadi pengarah yang pokok dalam pembentukan tabiat kita Lingkungan Sosial Setiap masyarakat mempunyai adat yang terdiri dari nilai, norma, sistem hukum, dan aturan. Adat berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan, dan memberikan arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat. Contoh lingkungan sosial ; Seorang Pegawai segan mencela atau mengkritik keputusan atasan karena tekanan ekonomi, ia takut kehilangan pekerjaan atau tidak dinaikkan pangkatnya. Yang terpenting adalah etika atau norma yang kita peroleh dari keluarga, ibu-bapak, dan saudara, seharusnya meresap ke dalam diri kita sebelum kita dihadapkan dan mampu menilai pengaruh lingkungan sosial. Hubungan Antara Tabiat Dan Lingkungan Sosial Etika atau norma dan nilai-nilai masyarakat akan merasap ke dalam diri kita. Hubungan kita dengan orang lain (sosial) turut serta membentuk identitas kita. Namun kepribadian kita bukan semata-mata dipengaruhui oleh masyarakat atau lingkungan sosial.Sebagai manusia yang mempunyai pikiran dan perasaan, bukan objek yang menenerima segala sesuatu.Tabiat memiliki identitas sendiri dan berdiri dalam lingkungannya.Memang kita dipengaruhi oleh lingkungan kita, tetapi kelakuan dan pandangan kita ikut serta melanjutkan dan mengubah lingkungan kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar